Mendikbudristek Nadiem Makarim mengatakan kebijakan Merdeka Belajar terinspirasi dari Ki Hajar Dewantara dan Bung Karno. Menurut Nadiem, hal itu adalah filsafat para pendiri bangsa yaitu kemerdekaan berpikir dan kemerdekaan atas jajahan mental. "Makanya kita menyebut tujuan dari transformasi pendidikan kita adalah profil pelajar Pancasila," ujar Nadiem saat menjadi pengulas dalam acara daring 'Sarasehan Nasional Indonesia Muda Membaca: Bung Karno', Selasa (29/6/2021).
Kemendikbudristek membeberkan ada enam profil pelajar pancasila, antara lain beriman bertaqwa kepada Tuhan YME, kebhinekaan global, mandiri, kreatif, nalar kritis dan gotong royong. Nadiem mengungkapkan ada pemikiran proklamator Soekarno atau Bung Karno yang menjadi poin dalam Pelajar Pancasila, yakni gotong royong. Konsep gotong royong, menurut Nadiem, merupakan kompetensi terpenting di abad 21.
Kemampuan berkolaborasi dan bekerja secara tim merupakan kompetensi paling penting. "Jadi itu menjadi profil Pelajar Pancasila yang terpenting, gotong royong, yakni kemampuan berkolaborasi dan bekerja dalam tim. Dan itulah yang akan menjadi definisi dari knowledge economy," tutur Nadiem. "Semua disrupsi teknologi yang akan merambah ke semua sektor industri. Ini akan menambah value, menambah nilai daripada kolaborasi," tambah Nadiem.
Menurut Nadiem, kemampuan bergotong royong harus diinstitusionalisasikan ke jenjang pendidikan. "Bagaimana kita mengajarkan anak anak itu kreatif dan kolaboratif? Kalau proses pembelajarannya tidak berbasis Project based. Kalau pembelajarannya tidak berbasis menghasilkan suatu karya, seperti yg hana sebut sebelumnya. Bagaimana kita bisa melakukan itu," pungkas Nadiem. Artikel ini merupakan bagian dari
KG Media. Ruang aktualisasi diri perempuan untuk mencapai mimpinya.